loading...
Ramalan Jayabaya atau yang sering disebut juga Jangka Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi jawa yang diyakini ditulis oleh Jayabaya, Raja dari kerajaan kediri. Ramalan yang amat sangat terkenal dikalangan orang jawa yang di dilestarikan secara turun-menurun oleh para pujangga atau bujangga (Sebutan bagi para pengarang hasil-hasil karya sastra, baik puisi maupun prosa(intinya pujangga adalah sastrawan dan penulis)).
Walaupun pernah banyak diragukan keaslian yang menulis ramalan jayabaya, tapi sangatlah jelas bunyi bait pertama dari kitab musasar yang menuliskan bahwa jayabaya adalah orang yang membuat ramalan-ramalan tersebut.
Walaupun pernah banyak diragukan keaslian yang menulis ramalan jayabaya, tapi sangatlah jelas bunyi bait pertama dari kitab musasar yang menuliskan bahwa jayabaya adalah orang yang membuat ramalan-ramalan tersebut.
Dari banyaknya berbagai sumber dan keterangan yang ada mengenai Ramalan Jayabaya, maka pada umumnya para sarjana sepakat bahwa hanya ada 1 sumber dari ramalan ini, yaitu kitab Asrar atau musasar, yang dikarang oleh Sunan Giri perapan (sunan giri ke-3) yang dikumpulkannya pada tahun saka 1540 = 1028 H = 1618 M, hanya memiliki selisih 5 tahun dengan selesainya kitab Pararaton tentang sejarah Majapahit dan Singosari yang ditulis di pulau Bali 1535 Saka atau 1613 M. Jadi sumber dari penulisan ini sejak zamannya Sultan Agung dari Mataram bertahta (1613-1645 M)
Isi Ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya Dengan Artinya
- Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran. (Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda)
- Tanah jawa kalungan wesi. (Pulau jawa berkalung besi)
- Prau mlaku ing dhuwur awang-awang (Perahu berjalan di angkasa)
- Kali ilang kedhunge (Sungai kehilangan mata air)
- Pasar ilang kumandhang (Pasar kehilangan suara)
- Iku tandha yen tekane zaman jayabaya wis chedak (Itulah pertanda jika zaman jayabaya sudah dekat)
- Bumi saya suwe saya mengkeret (Bumi semakin lama semakin mengkerut)
- Sekilan bumi dipajeki (Sejengkal tanah dikenai pajak)
- Jaran doyan mangan sambel (kuda suka makan sambal)
- Wong wadon nganggo pakeyan lanang (Orang perempuan berpakaian lelaki)
- Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-walik zaman (itu pertanda orang akan menemukan zaman berbolak-balik)
- Akeh janji ora ditetepi (Banyak janji yang tidak ditepati)
- Akeh wong wani ngelanggar sumpahe dhewe (Banyak orang berani melanggar sumpahnya sendiri)
- Manungsa padha seneng nyalah (orang-orang saling lempar kesalahan)
- Ora ngendhake hukum Hyang Widhi (Tak peduli akan hukum Hiyang Widhi)
- Barang jahat diangkat-angkat (Yang jahat dijunjung-junjung)
- Barang suci dibenci (Yang suci (justru) dibenci)
- Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit (Banyak manusia yang mengutamakan uang)
- Lali kemanungsaan (Lupa jati kemanusiaan)
- Lali kabecikan (Lupa hikmah kebaikan)
- Lali sanak lali kadang (Lupa sanak lupa saudara)
- Akeh bapa lali anak (Banyak ayah lupa anak)
- Akeh anak wani ngelawan ibu (Banyak anak berani melawan ibu)
- Nantang bapa (Menantang ayah)
- Sedulur padha cidra (Saudara dan saudara saling khianat)
- Kulawarga padha curiga (Keluarga saling curiga)
- Kanca dadi mungsuh (Kawan jadi lawan)
- Akeh manungsa lali asale (Banyak manusia yang lupa asalnya)
- Ukuman ratu ora adil (Hukuman raja tidak adil)
- Akeh pangkat sing jahat lan ganjil (Jahat pejabat yang jahat dan ganjil)
- Akeh kelakuan sing ganjil (Banyak ulah-tabiat yang ganjil)
- Wong apik-apik padha kapencil (Orang baik justru tersisih)
- Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin (Banyak orang kerja halal justru merasa malu)
- Luwih utama ngapusi (Lebih mengutamakan menipu)
- Wegah nyambut gawe (Malas untuk bekerja)
- Kepingin urip mewah (Inginnya hidup mewah)
- Ngumbar nafsu angkara murka. ngegedhekake durka (Melepas nafsu angkara murka, Membesarkan durhaka)
- Wong bener thenger-thenger (Orang (yang) benar termangu-mangu)
- Wong salah bungah (Orang (yang) salah gembira ria)
- Wong apik ditampik-tampik (Orang (yang) baik ditolak ditamping (diping-pong))
- Wong jahat munggah pangkat (Orang (yang) jahat naik pangkat/Jabatan)
- Wong agung kesinggung (Orang (yang) mulia dilecehkan)
- Wong ala kapuja (Orang (yang) jahat dipuji-puji)
- Wong wadon ilang kawirangane (Perempuan hilang malunya)
- Wong lanang ilang kaprawirane (Laki-laki hilang jiwa kepemimpinan)
- Akeh lanang ora duwe bojo (Banyak laki-laki tidak mau beristri)
- Akeh wong wadon ora setya marang bojone (Banyak perempuan ingkar pada suaminya)
- Akeh ibu pada ngedol anake (Banyak ibu menjual anak)
- Akeh wong wadon ngadol awake (banyak perempuan menjual diri)
- Akeh wong ijol bebojo (Banyak orang ganti-ganti pasangan)
- Wong wadon nunggang jaran (Perempuan menunggang kuda)
- Wong lanang linggih plangki (laki-laki naik tandu)
- Randha seuang loro (Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen))
- Prawan seaga lima (Lima perawan lima picis)
- Dhudha pincang laku sembilan uang (Duda pincang laku sembilang uang)
- Akeh wong ngedol ngilmu (Banyak orang menjual ilmu)
- Akeh wong ngaku-aku (Banyak orang mengaku diri)
- Njabane putih njerone dhadhu (Diluar putih didalam jingga)
- Ngakune suci, nanging sucine palsu (Ngaku suci, tapi palsu belaka)
- Akeh bujuk akeh lojo (Banyak tipu banyak muslihat)
- Akeh udan salah mangsa (Banyak hujan salah musim)
- Akeh prawan tua (Banyak perawan tua)
- Akeh randa ngelairake anak (Banyak janda melahirkan anak)
- Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapane (Banyak anak lahir mencari bapaknya)
- Agama akeh sing nantang (Agama banyak ditentang)
- Prikamanungsan saya ilang ( Perikemanusiaan semakin hilang)
- Omah suci dibenci (Rumah suci dibenci)
- Omah ala saya dipuja (Rumah maksiat semakin dipuja)
- Wong wadon lacur ning endi-endi (Perempuan lacur dimana-mana)
- Akeh laknat (banyak kutukan)
- Akeh pengkianat (Banyak penghianat)
- Anak mangan bapak (anak makan bapak)
- Sedulur mangan sedulur (Saudara makan saudara)
- Kanca dadi mungsuh (Kawan jadi lawan)
- Guru di satru (Guru dimusuhi)
- Tangga padha curiga (Tetangga pada curiga)
- Kana-kene saya angkara murka (Angkara murka semakin menjadi-jadi)
- Sing weruh kebubuhan (Barangsiapa tahu terkena beban)
- Sing ora weruh ketutuh (Sedangkan yang tak tahu disalahkan)
- Besuk yen ana peperangan (Kelak jika terjadi perang)
- Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor (Datang dari timur, barat, selatan dan utara)
Sekian saja artikel mengenai Ramalan Jayabaya Atau Jangka Jayabaya Lengkap Dengan Artinya (Bagian 1) , artikel ini akan segera saya lanjutkan ke bagian 2 tentang ramalan-ramalan Jayabaya. terimakasih
loading...
Ramalan Jayabaya Atau Jangka Jayabaya Lengkap Dengan Artinya (Bagian 1)
4/
5
Oleh
Creepy's
Dilarang Keras~
*Spaming
*Memasang Link Aktif
*Asal komen
Komentar sewajarnya dan relavan